Melebur dalam Mantra Kunto Aji


(7 Desember 2024)

Desember tahun lalu. Momen-momen di akhir tahun selalu terasa seperti sebuah penantian dan penutup. Dan bagi saya, penutup terbaik tahun 2024 datang dalam bentuk suara yang menenangkan dan lirik yang begitu jujur: konser Kunto Aji di Fort Benteng Rotterdam
Sudah lama saya menantikan kesempatan untuk melihatnya membawakan lagu-lagu yang selama ini menjadi soundtrack perjalanan saya—mulai dari melankolisnya Mantra Mantra hingga self-healing di Pengantar Purifikasi Pikir. Malam itu bukan hanya tentang menonton musik; ini tentang merayakan proses pendewasaan diri yang diwakili oleh setiap nadanya. Dan, ya, pengalaman itu melampaui ekspektasi. 


Ada satu momen yang membuat saya benar-benar terdiam. Tepat ketika Kunto Aji membawakan Rehat. Dia meminta kami untuk meletakkan ponsel sejenak dan benar-benar merasakan lagunya. Dalam kegelapan, di tengah ribuan suara yang ikut bernyanyi, lirik "Semua ini bukan salahmu... jangan berhenti, yang kau takutkan takkan terjadi." terasa menghantam dada. Ini bukan lagi sekadar lagu. Ini adalah pengakuan bahwa semua orang di sana pernah merasa rapuh, dan kami—bersama-sama sedang mengizinkan diri kami untuk rehat sejenak. Air mata saya ,menetes, bukan karena kesedihan, tapi karena rasa lega bahwa ada yang memahami. 

Tentu saja, highlight puncaknya adalah ketika "Konon Katanya" dan penutup "Terlalu Lama Sendiri" dibawakan. Semangat yang semula melankolis berubah menjadi energi pop yang membuat kami semua melompat dan berdansa. Itu adalah perpaduan sempurna: hati yang tersentuh dan jiwa yang terangkat. Energi yang tadinya diam menjadi ledakan pop yang masif. Musik tidak lagi menjadi penawar luka, melainkan perayaan atas kebebasan dari luka itu. Disusul oleh "Konon Katanya," seluruh penonton seolah mendapatkan dorongan untuk melompat dan berdansa tanpa beban. Teriakan massal "Terlalu Lama Sendiri" bukan lagi keluhan, melainkan mantra euforia yang kami nikmati bersama sebagai penutup. Kami pulang tidak hanya dengan ingatan suara yang merdu, tapi juga perasaan yang utuh dan ringan.

Ini adalah konfirmasi bahwa lagu-lagu Kunto Aji bukan hanya soundtrack hidup, tetapi juga kompas untuk menerima masa lalu dan melangkah maju. Saya meninggalkan venue dengan janji baru: untuk terus bertumbuh, ditemani melodi yang merangkul segala kerumitan di dalam kepala ini. Maka, meskipun malam itu diisi lagu tentang kesendirian, saya merasa paling tidak sendirian.

Terima Kasih Mas Kun, sudah menjadikanku perempuan paling bahagia di pertunjukkanmu. Sampai bertemu lagi di album-album berikutnya!



Lagu Kunto Aji mana yang menjadi personal mantra Anda saat ini? Komen di bawah!

Posting Komentar

0 Komentar